Selasa, 06 Desember 2011

Biografi Try Sutrisno


Try Sutrisno (lahir di Surabaya, Jawa Timur, 15 November 1935; umur 76 tahun) adalah Wakil Presiden Republik Indonesia yang keenam. Ia dilantik sebagai Wakil Presiden dibawah Presiden Soeharto pada Sidang Umum MPR tahun 1993, menggantikan Sudharmono. Ia menjabat sampai tahun 1998 dan digantikan oleh BJ Habibie.

Setelah turunnya Presiden Soeharto dan diizinkannya pembentukan partai-partai politik menyongsong Pemilu 1999, Try Sutrisno aktif dalam kepengurusan Partai Keadilan dan Persatuan yang pada Pemilu 2004 berubah namanya menjadi Partai Keadilan dan Persatuan Indonesia.

Di masa kecilnya Try Sutrisno pernah berjualan koran & rokok dikarenakan kedua Agresi Militer yang dilancarkan Belanda yang memaksanya berhenti Sekolah.

Postingan Ini Dilindungi HAK Cipta, Dan menggunakan Anti Block Dan Copy dengan CSS3 (Belum bisa ditembus seperti Anti Copy Javascript) untuk menghindari Penjiplakan, Untuk Itu jika anda membutuhkan isi dari postingan ini untuk keperluan pembelajaran, anda dapat mengirimkan E-Mail ke djnand.dj@gmail.com

Biografi Singgih (Jaksa Agung)


Singgih, SH (lahir di Jombang, Jawa Timur, 23 Juni 1934 – meninggal 30 Juli 2005 pada umur 71 tahun) adalah Jaksa Agung Indonesia pada tahun 1990-1998.

Munculnya Singgih sebagai Jaksa Agung menjadi fenomena baru di kalangan kejaksaan. Sebab sejak Orde Baru baru sekalinya jaksa agung diangkat dari kalangan jaksa sendiri alias jaksa karier. Singgih dilantik Presiden Soeharto menggantikan Sukarton Marmosudjono yang meninggal dunia pada 29 Juni 1990.

Singgih lahir sebagai anak bungsu dari tiga bersaudara dan sejak remaja sudah bercita-cita menjadi penegak hukum. Sebagai penerima beasiswa Departemen Pendidikan dan Kebudayaan pada tahun 1960, Singgih menyelesaikan kuliahnya di Fakultas Hukum, Universitas Airlangga, Surabaya. Kariernya dimulai sebagai jaksa di Direktorat Reserse Kejaksaan Agung. Prestasi lelaki berkaca mata yang jarang merokok itu terus menanjak. Ia pernah menjadi Kepala Kejaksaan Negeri Denpasar dan Jakarta Pusat, Kajati NTB, Kajati Sulawesi Utara dan Kajati Jakarta. Ia sempat ditarik Menteri Kehakiman Ismail Saleh menjadi Irjen Departemen Kehakiman, sebelum diangkat menjadi Jaksa Agung Muda Bidang Pidana Khusus.

Ayah empat anak itu pernah mengendalikan persidangan berbagi kasus G 30 S-PKI, Malari dan kasus Tanjung Priok.

Beberapa peristiwa penting yang terjadi pada masa Jaksa Agung Singgih, di antaranya:

- Terbongkarnya kasus kredit Bapindo kepada Golden Key Grup pimpinan Eddy Tansil. - Peristiwa 27 Juli 1996 di kantor DPP Partai Demokrasi Indonesia - Terbongkarnya kasus korupsi pada Bank Duta dengan terdakwa Dicky Iskandardinata.

Pada tahun 1993, Singgih mendapatkan penghargaan Bintang Pratamabhorn Knight Grand Cross of The Most Exalted Order of The White Elephant dari Raja Thailand dan juga telah menerima Bintang Mahaputra Adiprana.

Sejak tahun 1970-an, Singgih juga dikenal sebagai numismator (kolektor mata uang) dan bahkan terpilih menjadi Ketua Asosiasi Numismatika Indonesia.

Penikahannya dengan Renny Singgih menghasilkan empat anak serta enam cucu. Ia dimakamkan di TMP Kalibata.

Postingan Ini Dilindungi HAK Cipta, Dan menggunakan Anti Block Dan Copy dengan CSS3 (Belum bisa ditembus seperti Anti Copy Javascript) untuk menghindari Penjiplakan, Untuk Itu jika anda membutuhkan isi dari postingan ini untuk keperluan pembelajaran, anda dapat mengirimkan E-Mail ke djnand.dj@gmail.com

Biografi Adrianus Mooy


Adrianus Mooy (lahir di Pulau Rote, 10 April 1936; umur 75 tahun) adalah ahli ekonomi dari Indonesia dan mantan Gubernur Bank Indonesia masa jabatan 1988-1993. Ia bersekolah di Universitas Gajah Mada dan University of Wisconsin. Pada saat ini ia menjabat senior advisor untuk United Nations Support Facility for Indonesian Recovery (UNSFIR).

Postingan Ini Dilindungi HAK Cipta, Dan menggunakan Anti Block Dan Copy dengan CSS3 (Belum bisa ditembus seperti Anti Copy Javascript) untuk menghindari Penjiplakan, Untuk Itu jika anda membutuhkan isi dari postingan ini untuk keperluan pembelajaran, anda dapat mengirimkan E-Mail ke djnand.dj@gmail.com

Biografi Sukarton Marmosujono


Laksamana Muda TNI Sukarton Marmosujono, SH meninggal di Jakarta, 29 Juni 1990 merupakan Jaksa Agung pada Kabinet Pembangunan V Indonesia. Ia meninggal dunia pada tahun 1990 sewaktu masih menjabat. Dan karena keterbatasan sumber sejarah, sampai saat ini belum ada yang tau kapan tepatnya beliau lahir dan apa saja latar belakang kehidupan beliau

Postingan Ini Dilindungi HAK Cipta, Dan menggunakan Anti Block Dan Copy dengan CSS3 (Belum bisa ditembus seperti Anti Copy Javascript) untuk menghindari Penjiplakan, Untuk Itu jika anda membutuhkan isi dari postingan ini untuk keperluan pembelajaran, anda dapat mengirimkan E-Mail ke djnand.dj@gmail.com

Biografi Sarwono Kusumaatmadja


Ir. Sarwono Kusumaatmadja (lahir di Jakarta, 24 Juli 1943; umur 68 tahun) adalah anggota Dewan Perwakilan Daerah dari DKI Jakarta untuk masa bakti 2004-2009. Ia pernah menjabat sebagai Menteri Kelautan dan Perikanan pada Kabinet Persatuan Nasional. Ia meraih gelar sarjana pada tahun 1974 dari Jurusan Teknik Sipil Institut Teknologi Bandung. Sebelumnya, ia menamatkan pendidikan tingkat atas di Kolese Kanisius.

Karier

Periode 1971-1988, ia menjabat sebagai anggota DPR-RI dan Sekretaris Jenderal Dewan Pimpinan Pusat Golkar (1983-1988). Selain menjabat Menteri Negara Lingkungan Hidup pada Kabinet Pembangunan VI (1993-1998), ia juga menjabat Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara pada Kabinet Pembangunan V (1988-1993).

Periode 1999-2001, ia menjabat Menteri Kelautan dan Perikanan Indonesia pada Kabinet Persatuan Nasional dan terpilih dalam pemilu parlemen Indonesia 2004 sebagai anggota Dewan Perwakilan Daerah DKI Jakarta pada tahun 2004. Sekarang beliau adalah Dewan Komisaris PT. Energy Management Indonesia (Persero) EMI, sebagai Komisaris Utama.

Pencalonan gubernur Jakarta

Pada tahun 2007 Sarwono melamar sebagai bakal calon gubernur DKI Jakarta masa jabatan 2007-2012 melalui PDI Perjuangan. Ia menempati peringkat teratas dibandingkan enam bakal calon gubernur di partai pimpinan Megawati Soekarnoputri itu, dengan nilai 96, mengungguli ekonom Faisal Basri (skor 95), Bibit Waluyo (91), Edy Waluyo (89), Agum Gumelar (85), dan Fauzi Bowo (80). Tapi, akhirnya PDI Perjuangan menetapkan Fauzi Bowo sebagai calonnya berkoalisi dengan sekitar 20 partai dan berhasil memenangi pemilihan gubernur yang dipilih langsung oleh rakyat untuk pertama kalinya.

Postingan Ini Dilindungi HAK Cipta, Dan menggunakan Anti Block Dan Copy dengan CSS3 (Belum bisa ditembus seperti Anti Copy Javascript) untuk menghindari Penjiplakan, Untuk Itu jika anda membutuhkan isi dari postingan ini untuk keperluan pembelajaran, anda dapat mengirimkan E-Mail ke djnand.dj@gmail.com

Biografi Akbar Tanjung


Akbar Tanjung (lahir di Sibolga, Sumatera Utara, 14 Agustus 1945; umur 66 tahun) adalah seorang politikus Indonesia dan mantan Ketua DPR-RI.

Pendidikan

Ia meniti pendidikan di SR Muhammadiyah, Sorkam (Tapanuli Tengah). Ia juga belajar di SD Nasrani, Jalan Seram, Medan (Sumatera Utara). Setelah menamatkan di SMP Perguruan Tinggi Cikini (Jakarta), ia melanjutkannya ke SMA Kolese Kanisius (Jakarta). Ia lulus Fakultas Teknik Universitas Indonesia dan Pascasarjana Doktoral Universitas Gadjah Mada.

Organisasi

Pada 1966, ia menjadi aktivis Kesatuan Aksi Mahasiswa Indonesia Universitas Indonesia (KAMI-UI) dan LASKAR AMPERA Arief Rahman Hakim. Pada 1967-1968, ia menjabat Ketua Senat Mahasiswa Fakultas Teknik Universitas Indonesia. Pada 1968, ia aktif dalam Dewan Mahasiswa Universitas Indonesia dan Majelis Permusyawaratan Mahasiswa Universitas Indonesia. Pada 1969-1970, ia menjabat Ketua Umum HMI Cabang Jakarta. Pada 1972, ia turut mendirikan Forum Komunikasi Organisasi Mahasiswa Ekstra Universiter (GMNI, GMKI, PMKRI, PMII, dan HMI) dengan nama Kelompok Cipayung. Periode 1972-1974, ia menjabat Pengurus Besar HMI.

Pada 1973, ia turut mendirikan Komite Nasional Pemuda Indonesia atau disingkat KNPI. Pada 1978, ia turut mendirikan Angkatan Muda Pembaruan Indonesia atau disingkat AMPI, yang kemudian menjabat Ketua Dewan Pimpinan Pusat AMPI (1978-1980). Pada 1983-1988, ia menjabat Wakil Sekretaris Jenderal Dewan Pimpinan Pusat Partai Golkar. Pada 1988-1993, ia menjadi anggota Dewan Pembina DPP Golkar. Pada 1993-1998, ia menjabat Sekretaris Dewan Pembina Golkar. Ia menjabat Ketua Umum Partai Golkar pada periode 1998-2004.

Karier Pemerintahan dan Politik

Pada 1977-1988, ia menjadi anggota FKP DPR-RI yang mewakili Provinsi Jawa Timur. Pada 1982-1983, ia menjabat Wakil Sekretaris FKP DPR. Pada 1987-1992 dan 1992-1997, ia menjabat Sekretaris FKP-MPR dan anggota Badan Pekerja MPR-RI. Akbar pernah menjabat sebagai Menteri Negara Pemuda dan Olahraga pada periode 1988-1993, Menteri Negara Perumahan Rakyat (1993-1998), Menteri Negara Perumahan dan Pemukiman (1998). Pada 1997-1998, ia menjabat Wakil Ketua FKP MPR. Ia menjabat Menteri Sekretaris Negara (1998-1999). Pada 1997-1999, ia menjabat Wakil Ketua FKP MPR dan Wakil Ketua PAH II Badan Pekerja MPR. Pada 1999-2004, ia menjabat Ketua DPR-RI.

Semasa menjabat sebagai Ketua Umum Partai Golkar, ia pernah menjadi sorotan publik ketika lolos dari jerat hukum setelah Mahkamah Agung menerima permohonan kasasinya. Hal ini sekaligus memungkinkannya ikut serta sebagai calon presiden dalam Pemilu 2004, namun ia akhirnya tidak dicalonkan partainya sendiri karena dikalahkan oleh Wiranto dalam Konvensi Calon Presiden Golkar. Selanjutnya Akbar Tanjung juga kehilangan jabatan sebagai ketua Umum Partai Golkar setelah dikalahkan oleh Jusuf Kalla yang telah menjadi Wakil Presiden, seterusnya belajar di Universitas Gadjah Mada dan mendirikan Akbar Tanjung Institute.

Kehidupan pribadi

Akbar memiliki seorang istri bernama Krisnina Maharani dan pernikahannya telah dianugerahi empat orang anak, semuanya perempuan.

Organisasi dunia

Pada 2002-2003, ia menjabat President of AIPO (Asean Inter Parliamentary Organization). Pada 2003-2004, ia menjabat President of PUOICM (Parliamentary Union of OIC Members).

Kasus

Akbar Tanjung pernah dituduh melakukan penggelapan dana berjumlah 40 miliar rupiah atau 3,8 juta dolar yang seharusnya untuk penduduk miskin di Indonesia ketika krisis ekonomi melanda Indonesia pada tahun 1999.

Ketika itu, Akbar Tanjung adalah seorang pengurus Partai Golkar. Partai Golkar merupakan partai utama saat zaman pemerintahan Presiden Soeharto saat itu.

Akbar Tanjung menyatakan dana tersebut disalurkan kepada Yayasan Kebajikan Islam untuk bantuan makanan kepada penduduk kampung yang miskin di Jawa.

Dana itu dicurigai digunakan untuk membiayai kampanye Akbar maupun Partai Golkar pada Pemilihan Umum 1999. Penyelewengan terjadi ketika era bekas Presiden B.J Habibie, dan Akbar Tanjung ketika itu menjabat jabatan sebagai Sekretaris Negara.

Buku dan karya

The Golkar Way Penerbit: Gramedia Pustaka Utama, 2007

Postingan Ini Dilindungi HAK Cipta, Dan menggunakan Anti Block Dan Copy dengan CSS3 (Belum bisa ditembus seperti Anti Copy Javascript) untuk menghindari Penjiplakan, Untuk Itu jika anda membutuhkan isi dari postingan ini untuk keperluan pembelajaran, anda dapat mengirimkan E-Mail ke djnand.dj@gmail.com

Biografi Siswono Yudo Husodo


Siswono Yudo Husodo (lahir di Long Iram, Kutai Barat, Kalimantan Timur, 4 Juli 1943; umur 68 tahun) adalah seorang politikus Indonesia. Ia pernah menjadi calon Wakil Presiden Indonesia pada Pemilu 2004 sebagai pasangan dari capres Amien Rais. Mereka berdua kalah pada pemilu ini. Yodo Husodo menjabat sebagai Menteri Negara Perumahan Rakyat pada Kabinet Pembangunan V (1988-1993) dan Menteri Transmigrasi pada Kabinet Pembangunan VI (1993-1998).

Siswono adalah mantan Ketua Himpunan Pengusaha Muda Indonesia (1973-1977) dan Ketua Persatuan Pengusaha Real Estat Indonesia (1983-1986). Ia sudah menjadi petani sejak tahun 1999 dan menjadi anggota MPR mewakili petani. Kesibukannya sudah lebih banyak di pertanian. Luluan Teknik Sipil Institut Teknik Bandung (ITB) tahun 1968 ini fasih menerangkan bagaimana mengawinkan domba, bagaimana memilih bibit domba unggul, dan bagaimana bercocok tanam tembakau dan sayur-mayur. Kesibukan dan keahlian ini sudah menjadi bagian lain dari hidup calon presiden independen ini. Perhatian Siswono terhadap masalah pertanian makin besar setelah ia tidak lagi berada di birokrasi dan ketika masyarakat tani memilihnya menjadi Ketua Umum HKTI (Himpunan Kerukunan Tani Indonesia) sejak 1999. Kendati kesibukannya di seputar pertanian itu bukan hanya karena ia menjadi Ketua Umum HKTI itu, tapi sudah sejak awal ia sudah mengelola usaha tani. Sebelum ia bersama rekannya mendirikan CV Bangun Tjipta Sarana yang kemudian menjadi PT Bangun Tjipta Sarana, sebuah kelompok usaha dengan bisnis inti konstruksi.

Postingan Ini Dilindungi HAK Cipta, Dan menggunakan Anti Block Dan Copy dengan CSS3 (Belum bisa ditembus seperti Anti Copy Javascript) untuk menghindari Penjiplakan, Untuk Itu jika anda membutuhkan isi dari postingan ini untuk keperluan pembelajaran, anda dapat mengirimkan E-Mail ke djnand.dj@gmail.com

Biografi Saadillah Mursjid


Saadillah Mursjid (lahir di Barabai, Hulu Sungai Tengah, Kalimantan Selatan, 7 September 1937 – meninggal di Jakarta, 28 Juli 2005 pada umur 67 tahun) adalah Menteri Muda/Sekretaris Kabinet Indonesia pada Kabinet Pembangunan V, Menteri Sekretaris Kabinet pada Kabinet Pembangunan VI, dan Menteri Sekretaris Negara pada Kabinet Pembangunan VII.

Sebelum mengambil posisi menteri, lulusan Universitas Gadjah Mada, The Netherlands Economic Institute (Rotterdam), dan Universitas Harvard ini pernah bertugas di Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas). Pada tahun 1992, ia mendapatkan penghargaan Bintang Mahaputra Adipradana. Sejak tahun 2003, ia adalah general manager Taman Mini Indonesia Indah.

Dari pernikahannya dengan Halimah Ratna Mursjid, ia memperoleh tiga anak dan enam cucu. Ia dikebumikan di Taman Makam Pahlawan Kalibata, Jakarta Selatan.

Postingan Ini Dilindungi HAK Cipta, Dan menggunakan Anti Block Dan Copy dengan CSS3 (Belum bisa ditembus seperti Anti Copy Javascript) untuk menghindari Penjiplakan, Untuk Itu jika anda membutuhkan isi dari postingan ini untuk keperluan pembelajaran, anda dapat mengirimkan E-Mail ke djnand.dj@gmail.com

Biografi Sudrajad Djiwandono


Soedrajad Djiwandono (lahir di Yogyakarta, 7 Agustus 1938; umur 73 tahun) adalah Gubernur Bank Indonesia pada tahun 1993 hingga tahun 1998.

Lulusan Fakultas Ekonomi Universitas Gadjah Mada ini sempat bekerja sebagai asisten dosen di almamaternya dan dosen di IKIP Sanata Dharma, Yogyakarta, setelah lulus dari UGM. Hijrah ke Jakarta ia mengawali kariernya sebagai peneliti pada Lembaga Penelitian Ekonomi dan Kemasyarakatan Nasional (Leknas), LIPI. Di saat menjabat kepala bidang ekonomi di lembaga itu, ia diminta Departemen Keuangan menjadi staf Direktorat Jenderal Moneter.

Postingan Ini Dilindungi HAK Cipta, Dan menggunakan Anti Block Dan Copy dengan CSS3 (Belum bisa ditembus seperti Anti Copy Javascript) untuk menghindari Penjiplakan, Untuk Itu jika anda membutuhkan isi dari postingan ini untuk keperluan pembelajaran, anda dapat mengirimkan E-Mail ke djnand.dj@gmail.com

Biografi Tungki Ariwibowo

Tungki Ariwibowo (lahir di Malang, Jawa Timur, 13 Desember 1936 – meninggal di Singapura, 3 Maret 2002 pada umur 65 tahun) adalah mantan Menteri Perindustrian dan Perdagangan pada periode 1993 - 1998.

Pendidikan

SD di Yogyakarta
SMP di Pasuruan, Jawa Timur
Navascotia Technical College, Hallifax, Nova Scotia, Kanada.

Karier

Pegawai Departemen Perindustrian (1960-1962)
Kepala Proyek Alumunium Asahan, Departemen Perindustrian (1962-1964)
Kepala Proyek Pabrik Baja Trikora, Cilegon (1964-1967)
Staf Departemen Perindustrian (1967-1972)
Direktur Direktorat Jenderal Logam dan Mesin, Departemen Perindustrian (1972-1975)
Ketua Tim Koordinator Kawasan Industri dan Wakil Ketua Otorita Pengembangan Daerah Industri Pulau Batam.
Wakil Ketua Tim Koordinasi Pembangunan Propinsi Riau
Wakil Ketua Perhimpunan Manajemen Mutu Indonesia
Presiden Direktur PT Krakatau Steel (1975)

Postingan Ini Dilindungi HAK Cipta, Dan menggunakan Anti Block Dan Copy dengan CSS3 (Belum bisa ditembus seperti Anti Copy Javascript) untuk menghindari Penjiplakan, Untuk Itu jika anda membutuhkan isi dari postingan ini untuk keperluan pembelajaran, anda dapat mengirimkan E-Mail ke djnand.dj@gmail.com

Biografi Saleh Afiff


Prof. Dr. Saleh Afiff (lahir di Cirebon, Jawa Barat, 31 Oktober 1930 – meninggal di Jakarta, 28 Juni 2005 pada umur 74 tahun) adalah Menteri Koordinator Bidang Ekonomi dan Keuangan Indonesia pada Kabinet Pembangunan VI (1993-1998).

Afiff merupakan lulusan Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia pada tahun 1959. Dia juga pernah menjadi Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara merangkap wakil ketua Badan Perencanaan dan Pembangunan Nasional pada Kabinet Pembangunan V. Lulusan Universitas California di Berkeley, Amerika Serikat pada tahun 1967 ini terakhir menjadi pengajar di Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia.

Afiff meninggalkan seorang istri, tiga orang anak dan cucu.

Postingan Ini Dilindungi HAK Cipta, Dan menggunakan Anti Block Dan Copy dengan CSS3 (Belum bisa ditembus seperti Anti Copy Javascript) untuk menghindari Penjiplakan, Untuk Itu jika anda membutuhkan isi dari postingan ini untuk keperluan pembelajaran, anda dapat mengirimkan E-Mail ke djnand.dj@gmail.com

Biografi Ali Alatas


Dr. H.C. Ali Alatas, S.H. (lahir di Batavia (sekarang Jakarta), 4 November 1932 – meninggal di Singapura, 11 Desember 2008 pada umur 76 tahun) adalah seorang diplomat Indonesia yang pernah menjabat sebagai Menteri Luar Negeri (1988-1998, dua kali masa jabatan penuh). Hingga wafatnya, ia menjabat sebagai Utusan Khusus Sekjen PBB untuk Myanmar, Utusan Khusus Presiden RI untuk masalah Timur Tengah, dan Ketua Dewan Pertimbangan Kepresidenan.

Karier

Pendidikan dasar kediplomatan diperoleh di Akademi Dinas Luar Negeri Jakarta (lulus 1954) dan di Fakultas Hukum UI (lulus 1956). Karier sebagai diplomat dijalaninya di berbagai perwakilan Indonesia, seperti Thailand, Amerika Serikat, dan PBB. Di awal kariernya ia juga membantu kegiatan jurnalistik dengan bekerja sebagai korektor.

Kariernya mulai berkembang sewaktu menjabat sebagai staf perwakilan Indonesia di PBB. Di sana ia aktif dalam menggalang suara G77, kelompok negara-negara berkembang di lembaga dunia tersebut.

Namanya mulai dikenal luas di fora internasional setelah ia aktif sebagai fasilitator perundingan perdamaian terhadap pihak-pihak yang bertikai di Kamboja, melalui pertemuan-pertemuan informal yng dikenal sebagai Jakarta Informal Meeting (JIM) hingga beberapa kali. Kegiatan diplomatis ini berakhir dengan sukses setelah ia menjadi Ketua Bersama dalam Konferensi Paris untuk Perdamaian Kamboja. Sumbangsih lain yang tidak terlalu diamati luas oleh pers tetapi signifikan adalah sebagai fasilitator dan penghubung dalam perundingan pemerintah Filipina dengan MNLF yang berakhir dengan perdamaian pada tahun 1996. Ali Alatas adalah orang terdepan dalam kepemimpinan Indonesia untuk Gerakan Non-Blok (NAM) pada tahun 1992-1995. Lewat usahanyalah Indonesia dapat ikut melobi G7, kelompok negara-negara industri terkemuka, untuk mau menghapus hutang beberapa negara berkembang dan bekerja sama dengan mempertimbangkan kesetaraan. Namun demikian, sebagai diplomat ia harus menghadapi ujian berat membela kebijakan yang ditempuh Indonesia terhadap permasalahan Timor Timur.

Pada 2003, Alatas diangkat sebagai utusan khusus Sekretaris Jendral Perserikatan Bangsa-Bangsa. Ia berkunjung selama tiga hari ke Myanmar pada 18 Agustus 2005 untuk mendesak pembebasan Aung San Suu Kyi. Ia merupakan utusan khusus pertama yang diijinkan berkunjung ke negara itu sejak 2004. Sumbangsihnya yang terakhir bagi Asia Tenggara adalah dalam merumuskan Piagam ASEAN (ASEAN Charter) yang berlaku mulai Januari 2009. Ia adalah anggota dari dewan perumus dokumen tersebut.

Penghargaan yang diterimanya, di antaranya, adalah Bintang Mahaputera Utama dan beberapa penghargaan dari luar negeri dan gelar Doktor Honoris Causa dari Universitas Diponegoro pada tahun 1996.

Kehidupan pribadi

Alex, begitu ia akrab dipanggil, menikah dengan Junisa dan pasangan ini dikaruniai tiga orang anak. Sebagai diplomat, ia dikenal akrab kepada semua kalangan, baik pejabat maupun petugas keamanan. Ia dilaporkan biasa mengobrol dengan petugas keamanan di PBB sewaktu merokok di luar gedung.

Ia wafat di RS Mt. Elizabeth di Singapura pada tanggal 11 Desember 2008 pukul 07.30 waktu setempat setelah mendapat serangan jantung pada tanggal 20 November 2008. Ia dibawa ke Singapura setelah beberapa hari dirawat di Jakarta. Jenazahnya dimakamkan keesokan harinya di TMP Kalibata dengan upacara militer dipimpin langsung oleh Presiden Susilo Bambang Yudhoyono.

Postingan Ini Dilindungi HAK Cipta, Dan menggunakan Anti Block Dan Copy dengan CSS3 (Belum bisa ditembus seperti Anti Copy Javascript) untuk menghindari Penjiplakan, Untuk Itu jika anda membutuhkan isi dari postingan ini untuk keperluan pembelajaran, anda dapat mengirimkan E-Mail ke djnand.dj@gmail.com

Biografi Azwar Anas


Azwar Anas (lahir di Padang, Sumatera Barat, 2 Agustus 1931; umur 80 tahun) adalah mantan Menteri Koordinator Kesejahteraan Rakyat pada Kabinet Pembangunan VI (1993-1998). Sebelumnya ia menjabat sebagai Menteri Perhubungan Indonesia pada Kabinet Pembangunan V (1988-1993). Sebelumnya dia menjabat sebagai Gubernur Sumatera Barat selama dua periode (1977-1987).

Pendidikan

SD di Padang, 1944
SMP di Bukittinggi, 1948
SMA di Padang, 1951
Teknik Kimia ITB Bandung, 1959
Kursus Manajemen di Universitas Syracuse, AS, 1959

Karier

Pegawai Balai Penyelidikan Kimia, Bogor, 1951-1952
Asisten Prof Dr Dupont di Fakultas Pertanian Bogor, 1954
Asisten Dosen Luar Biasa ITB, 1958-1959
Dosen Luar Biasa ITB, 1959-1960
Kepala Dinas A Pindad, 1960-1961
Kepala Pusat Laboratoria Pindad, 1961-1964
Kepala Pusat Karya Pindad, 1965-1968
Dirut PT Purna Sadhana Pindad, 1968-1970
Dirut PT Semen Padang, 1970-1977
Dirut PT Semen Baturaja, 1973-1977
Anggota MPR Utusan Daerah, 1972-1977
Gubernur Sumatera Barat, 1977-1987
Menteri Perhubungan Kabinet Pembangunan V, 1988-1993
Menko Kesra Kabinet Pembangunan VI, 1993-1998

Postingan Ini Dilindungi HAK Cipta, Dan menggunakan Anti Block Dan Copy dengan CSS3 (Belum bisa ditembus seperti Anti Copy Javascript) untuk menghindari Penjiplakan, Untuk Itu jika anda membutuhkan isi dari postingan ini untuk keperluan pembelajaran, anda dapat mengirimkan E-Mail ke djnand.dj@gmail.com

Biografi Soegiharto


Soegiharto (lahir di Medan, 29 April 1955; umur 56 tahun) adalah mantan Menteri Negara BUMN di Kabinet Indonesia Bersatu. Ia menjabat dari Oktober 2004 hingga Mei 2007 sebelum digantikan Sofyan Djalil dalam perombakan kabinet yang dilaksanakan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono.

Dari pernikahannya dengan Tati Suhartini, ia memperoleh lima orang anak.

Pendidikan

BSc, Universitas Jayabaya
Drs (ekonomi), Universitas Indonesia
MBA, Sekolah Manajemen di Amsterdam, Belanda

Pengalaman Kerja

1982–1991 Staf senior Indonesia, Bank Trust Company and Chemical
1991–? Direktur Keuangan MedcoEnergi


Postingan Ini Dilindungi HAK Cipta, Dan menggunakan Anti Block Dan Copy dengan CSS3 (Belum bisa ditembus seperti Anti Copy Javascript) untuk menghindari Penjiplakan, Untuk Itu jika anda membutuhkan isi dari postingan ini untuk keperluan pembelajaran, anda dapat mengirimkan E-Mail ke djnand.dj@gmail.com

Biografi Soesilo Soedarman


Soesilo Soedarman, Jendral TNI (Kehormatan) (lahir di Maos, Cilacap, Jawa Tengah, 10 November 1928 – meninggal di Jakarta, 18 Desember 1997 pada umur 69 tahun) adalah Menteri Koordinator Bidang Politik, Hukum dan Keamanan pada Kabinet Pembangunan VI (1993-1998) dan Menteri Pariwisata, Pos dan Telekomunikasi pada Kabinet Pembangunan V (1988-1993). Soesilo Soedarman juga pernah menjabat sebagai Duta Besar RI untuk Amerika Serikat yang berkedudukan di Washington DC dari 18 Februari 1986 hingga 11 April 1988.

Museum Soesilo Soedarman

Museum Soesilo Soedarman terletak di desa Kecamatan Kroya, Kabupaten Cilacap, Jawa Tengah.

Postingan Ini Dilindungi HAK Cipta, Dan menggunakan Anti Block Dan Copy dengan CSS3 (Belum bisa ditembus seperti Anti Copy Javascript) untuk menghindari Penjiplakan, Untuk Itu jika anda membutuhkan isi dari postingan ini untuk keperluan pembelajaran, anda dapat mengirimkan E-Mail ke djnand.dj@gmail.com

Biografi Radinal Mochtar


Radinal Mochtar (lahir di Surabaya, Jawa Timur, 20 September 1930 – meninggal di Jakarta, 26 Juli 2000 pada umur 69 tahun) adalah Menteri Pekerjaan Umum pada Kabinet Pembangunan V dan Kabinet Pembangunan VI pada masa pemerintahan Presiden Soeharto.

Postingan Ini Dilindungi HAK Cipta, Dan menggunakan Anti Block Dan Copy dengan CSS3 (Belum bisa ditembus seperti Anti Copy Javascript) untuk menghindari Penjiplakan, Untuk Itu jika anda membutuhkan isi dari postingan ini untuk keperluan pembelajaran, anda dapat mengirimkan E-Mail ke djnand.dj@gmail.com

Biografi Haryati Soebadio


Haryati Soebadio (lahir di Jakarta, 24 Juni 1928 – meninggal di Jakarta, 30 April 2007 pada umur 78 tahun) adalah Menteri Sosial pada Kabinet Pembangunan V pada masa pemerintahan Presiden Soeharto. Selain itu, alumni Fakultas Sastra Universitas Indonesia pernah menjabat sebagai Dekan Fakultas Sastra dan Dirjen Kebudayaan P&K.

Postingan Ini Dilindungi HAK Cipta, Dan menggunakan Anti Block Dan Copy dengan CSS3 (Belum bisa ditembus seperti Anti Copy Javascript) untuk menghindari Penjiplakan, Untuk Itu jika anda membutuhkan isi dari postingan ini untuk keperluan pembelajaran, anda dapat mengirimkan E-Mail ke djnand.dj@gmail.com

Biografi Wardojo


Wardojo (lahir di Surakarta, Jawa Tengah, 20 Agustus 1933 – meninggal di Jakarta, 27 Juli 2008 pada umur 74 tahun) adalah Menteri Pertanian Indonesia pada Kabinet Pembangunan V pada tahun 1988 hingga tahun 1993 pada masa pemerintahan Presiden Soeharto. Sebelumnya, ia pernah menjabat sebagai sebagai Menteri Muda Urusan Peningkatan Produksi Tanaman Keras pada Kabinet Pembangunan IV tahun 1983 hingga tahun 1988. Wardojo yang menerima bintang Mahaputra Utama dan Adipradana ini dimakamkan di Taman Makam Pahlawan Kalibata.

Postingan Ini Dilindungi HAK Cipta, Dan menggunakan Anti Block Dan Copy dengan CSS3 (Belum bisa ditembus seperti Anti Copy Javascript) untuk menghindari Penjiplakan, Untuk Itu jika anda membutuhkan isi dari postingan ini untuk keperluan pembelajaran, anda dapat mengirimkan E-Mail ke djnand.dj@gmail.com

Biografi Rudini


Rudini (lahir di Malang, Jawa Timur, 15 Desember 1929 – meninggal di Jakarta, 21 Januari 2006 pada umur 76 tahun) adalah seorang jenderal berbintang empat dan politikus Indonesia. Ia adalah Menteri Dalam Negeri dalam Kabinet Pembangunan V (1988-1993).

Pendidikan

Lahir dari pasangan pasangan R. Ismangun Puspohandoyo dan Kusbandiyah, ia menempuh pendidikan dasar dan menengah di Malang. Ia kemudian mengikuti Akademi Militer di Breda, Belanda selama lima tahun (1951-1955). Sekembalinya ke Indonesia, ia dilantik menjadi perwira remaja dengan pangkat Letnan II. Pendidikan berikutnya yang ia tempuh adalah: Suski, Bandung (1961), Para, Bandung (1964), Jump Master, Bandung (1966), Suspala Bandung (1967), Seskoad Bandung (1970), International Defence Management Course, AS (1973), Lemhanas, Jakarta (1977).

Karier

Rudini pernah menjabat sebagai Panglima Kodam XIII/Merdeka (1978), Panglima Kostrad (1981) dan Kepala Staf Angkatan Darat (1983-1986). Ia adalah seorang pejabat Orde Baru yang berkiprah dalam era Reformasi. Ia terbebas dari penghujatan yang menerpa pejabat-pejabat Orde Baru pada awal bergulirnya Reformasi dan bahkan dipercaya sebagai Ketua Komisi Pemilihan Umum (KPU) (1999-2001) yang bertugas sebagai penyelenggara Pemilu pada 7 Juni 1999. Ia kemudian memimpin 52 anggota KPU yang bertanggung jawab menyelenggarakan pemilihan umum dengan kontestan multipartai (48 partai politik dengan beragam asas dan kepentingan) pertama setelah 44 tahun. Rudini juga adalah anggota Ikatan Cendekiawan Muslim Indonesia (ICMI).

Meninggal dunia

Ia meninggal dunia pada 21 Januari 2006 karena serangan jantung dalam usia 77 tahun, meninggalkan dua orang istri dan lima orang anak.

Riwayat pekerjaan

1956 - Dan Ton Ki Yon 518/Brawijaya
1959 - Pelatih Taruna AMN
1967 - Dan Yon 401/Banteng Raiders ( sekarang Yonif 400/Raiders )
1972 - Dan Brigif 18/Linud
1975 - Panglima Komando Tempur Lintas Udara
1977 - Kepala Staf Kostrad
1978 - Panglima Kodam XIII/Merdeka
1981 - Panglima Kostrad
1983-1986 - Kepala Staf Angkatan Darat
1988-1993 - Menteri Dalam Negeri
1999-2001 - Ketua Komisi Pemilihan Umum

Penghargaan

Bintang Mahaputra
Satya Lencana Operasi Militer V
Bintang Lencana Santi Dharma
Bintang Lencana Seroja
Bintang Lencana Unicef
Bintang Lencana Kesetiaan 8 Tahun
Bintang Lencana Kesetiaan 16 tahun
Bintang Lencana Kesetiaan 24 tahun

Postingan Ini Dilindungi HAK Cipta, Dan menggunakan Anti Block Dan Copy dengan CSS3 (Belum bisa ditembus seperti Anti Copy Javascript) untuk menghindari Penjiplakan, Untuk Itu jika anda membutuhkan isi dari postingan ini untuk keperluan pembelajaran, anda dapat mengirimkan E-Mail ke djnand.dj@gmail.com

Kabinet Pembangunan V [1988-1993]


Kabinet Pembangunan V adalah kabinet pemerintahan Presiden Indonesia, Soeharto pada tahun 1988-1993.

Susunan Kabinet Pembangunan V adalah sebagai berikut:

Menteri departemen

1 Menteri Dalam Negeri Rudini
2 Menteri Luar Negeri Ali Alatas
3 Menteri Pertahanan Keamanan L. B. Moerdani
4 Menteri Kehakiman Ismail Saleh
5 Menteri Penerangan Harmoko
6 Menteri Keuangan J. B. Sumarlin
7 Menteri Perdagangan Arifin Siregar
8 Menteri Perindustrian Hartarto Sastrosoenarto
9 Menteri Pertanian Wardojo
10 Menteri Pertambangan dan Energi Ginandjar Kartasasmita
11 Menteri Kehutanan Hasjrul Harahap
12 Menteri Pekerjaan Umum Radinal Mochtar
13 Menteri Perhubungan Azwar Anas
14 Menteri Koperasi Bustanil Arifin
15 Menteri Tenaga Kerja Cosmas Batubara
16 Menteri Transmigrasi Soegiarto
17 Menteri Pariwisata, Pos dan Telekomunikasi Soesilo Soedarman
18 Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Fuad Hassan
19 Menteri Kesehatan Adhyatma
20 Menteri Agama Munawir Sjadzali
21 Menteri Sosial Haryati Soebadio

Menteri koordinator

22 Menteri Koordinator Bidang Politik dan Keamanan Sudomo
23 Menteri Koordinator Bidang Ekonomi, Keuangan, Industri dan Pengawasan Pembangunan Radius Prawiro
24 Menteri Koordinator Bidang Kesejahteraan Rakyat Soepardjo Rustam

Menteri negara

25 Menteri Negara/Sekretaris Negara Moerdiono
26 Menteri Negara Perencanaan Pembangunan Nasional/Ketua Bappenas Saleh Afiff
27 Menteri Negara Riset dan Teknologi/Ketua BPPT Baharuddin Jusuf Habibie
28 Menteri Negara Kependudukan dan Lingkungan Hidup Emil Salim
29 Menteri Negara Perumahan Rakyat Siswono Yudo Husodo
30 Menteri Negara Pemuda dan Olah Raga Akbar Tanjung
31 Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara Sarwono Kusumaatmadja
32 Menteri Negara Urusan Peranan Wanita A. Sulasikin Murpratomo

Menteri muda

33 Menteri Muda/Sekretaris Kabinet Saadillah Mursjid
34 Menteri Muda Keuangan Nasrudin Sumintapura
35 Menteri Muda Perdagangan Soedradjad Djiwandono
36 Menteri Muda Perindustrian Tungki Ariwibowo
37 Menteri Muda Pertanian Sjarifuddin Baharsjah
38 Menteri Muda Perencanaan Pembangunan Nasional/Wakil Ketua Bappenas B. S. Muljana

Pejabat setingkat menteri

40 Panglima ABRI Try Sutrisno
41 Jaksa Agung Sukarton Marmosujono (sampai dengan 1990), Singgih (sejak 1990)
42 Gubernur Bank Indonesia Adrianus Mooy

Catatan:

Jaksa Agung Sukarton Marmosujono meninggal dunia dan digantikan oleh Singgih.

Postingan Ini Dilindungi HAK Cipta, Dan menggunakan Anti Block Dan Copy dengan CSS3 (Belum bisa ditembus seperti Anti Copy Javascript) untuk menghindari Penjiplakan, Untuk Itu jika anda membutuhkan isi dari postingan ini untuk keperluan pembelajaran, anda dapat mengirimkan E-Mail ke djnand.dj@gmail.com

Jumat, 25 November 2011

Biografi Umar Wirahadikusumah


Umar Wirahadikusumah (lahir di Situraja, Sumedang, Jawa Barat, 10 Oktober 1924 – meninggal di Jakarta, 21 Maret 2003 pada umur 78 tahun) adalah Wakil Presiden Republik Indonesia keempat, yakni pada masa bakti 1983—1988.

Masa awal

Sebagai anak dari ayah Raden Rangga Wirahadikusumah, Wedana Ciawi dan ibunya Raden Ratnaningrum, putri Patih Demang Kartamenda di Bandung, Umar lahir di keluarga terpandang dan mengenyam pendidikan kolonial Belanda. Ia belajar di Europesche School (ELS) dan tamat tahun 1942. Umar kemudian melanjutkan sekolahnya di MULO sambil ikut pendidikan Seinendojo di Tangerang selama 8 bulan. Setamat itu, ia meneruskan pendidikan militernya ke pendidikan PETA di Bogor selama 6 bulan.

Pada masa penjajahan Jepang, Umar ikut aktif dalam kelompok militer yang kemudian berubah menjadi PETA, dengan menjabat komandan peleton di Tasikmalaya selama setahun, kemudian dipindahkan ke Pangandaran. Setelah Proklamasi Kemerdekaan, Umar bergabung dengan TKR, cikal bakal TNI, dengan menjadi komandan di Cicalengka, pada tanggal 1 September 1945.

Karier militer

Kodam VI/Siliwangi

Seusai perang kemerdekaan, Umar meniti kariernya di TNI Angkatan Darat dan lama ditempatkan di Kodam VI/Siliwangi (sekarang menjadi Komando Daerah Militer III/Siliwangi). Pangkatnya terus naik seiring dengan perannya yang meningkat dalam penumpasan berbagai pemberontakan pada masa pemerintahan Orde Lama, antara lain Peristiwa Madiun pada tahun 1948 dan PRRI. Pada saat AH Nasution menjadi Panglima Kodam VI/Siliwangi, Umar sempat menjadi ajudannya.

Kodam V/Jaya

Pada tahun 1959, ia dipindahkan ke Kodam V/Jaya sebagai Komandan Komando Militer Kota Besar (Dan KMKB) Jakarta Raya, dan akhirnya menjabat Panglima Kodam V/Jaya pada tahun 1961.

Gerakan 30 September

Pada saat pecahnya Gerakan 30 September (G30S) pada tahun 1965, sebagai Panglima Kodam V/Jaya, Umar bertanggung jawab terhadap keamanan di wilayah Jakarta. Ia melakukan patroli keamanan dan setelah mendapat laporan penculikan para jenderal dan melihat pasukan tak dikenal di depan Istana Merdeka, Umar melapor kepada Pangkostrad Mayor Jenderal Soeharto.

Umar mendukung keputusan Soeharto untuk mengambil alih kepemimpinan Angkatan Darat dan mendukung Soeharto dalam upayanya menumpas Gerakan 30 September. Siang hari, pada saat Presiden Soekarno memanggilnya ke Pangkalan Udara Halim Perdanakusumah, Soeharto khawatir bahwa pemanggilan tersebut merupakan percobaan untuk membunuh Umar dan Soeharto melarang Umar untuk memenuhi panggilan tersebut.

Soeharto mulai mengendalikan situasi Jakarta, dan Umar berada dibelakangnya untuk mengkonsolidasi. Umar menetapkan jam malam antara jam 18.00 dan 06.00 dan mengontrol seluruh surat kabar di Jakarta.

Pada saat Gerakan 30 September mulai dinyatakan didalangi oleh PKI, Umar menyetujui pembentukan KAP-GESTAPU.

Orde Baru

Walapun ia bukan merupakan lingkaran dalam Soeharto, Umar mendapatkan kepercayaan penuh Soeharto atas dukungan dan jasanya dalam menumpas G30S. Seiring dengan melesatnya karier Soeharto, karier Umar pun melesat dengan cepat. Pada tahun 1965, Soeharto mengangkat Umar menjadi Panglima Kostrad, menggantikan dirinya. Pada tahun 1967, Umar diangkat menjadi Wakil Panglima Angkatan Darat, dan pada tahun 1969, ia menjadi Kepala Staf TNI Angkatan Darat.

Pada tahun 1973, ia meninggalkan militer aktif dan menjabat sebagai Ketua Badan Pemeriksa Keuangan (BPK), jabatan yang diembannya selama 10 tahun. Sebagai Ketua BPK, Umar bertanggung jawab untuk memastikan departemen-departemen dan lembaga-lembaga pemerintah lainnya menggunakan uang negara dengan benar. Pada saat itulah Umar sebagai Ketua BPK menyatakan bahwa tidak ada satu departemen pun yang bebas dari korupsi.

Wakil Presiden

Pada tahun 1983, Umar dipilih MPR menjadi Wakil Presiden melalui Sidang Umum MPR 1983. Pemilihan ini tidak diduga banyak orang, mengingat figur Umar yang walaupun terkenal dengan integritas yang tinggi, masih belum dipersepsikan satu kelas dengan Sri Sultan Hamengkubuwono IX dan Adam Malik.

Sebagai Wakil Presiden pada pemerintahan Soeharto, Umar merupakan salah satu dari sedikit orang yang benar-benar berjuang untuk memerangi korupsi. Seorang yang religius, Umar berharap agama dapat menjadi faktor bertobatnya koruptor. Umar juga terkenal dengan inspeksi mendadak ke kota-kota dan desa-desa di daerah, untuk memantau kebijakan pemerintah pada tingkat pelaksanaan dan efek-efeknya pada rakyat.

Masa jabatan Umar berakhir pada Maret 1988 dimana ia digantikan oleh Sudharmono. Banyak kalangan yang kecewa ia tidak menjabat Wakil Presiden untuk masa jabatan selanjutnya. Reputasi baiknya pada saat itu menggugah Sudharmono untuk benar-benar memastikan bahwa Umar tidak bersedia untuk menjabat Wakil Presiden, sebelum ia sendiri bersedia untuk menggantikan Umar.

Wafat

Umar Wirahadikusumah mengembuskan napas terakhir, sekitar pukul 07.53 WIB, Jumat 21 Maret 2003 di Rumah Sakit Pusat TNI-AD Gatot Subroto, Jakarta Pusat, setelah sempat mendapat perawatan intensif selama dua pekan.

Umar dimakamkan di Taman Makam Pahlawan Kalibata, Jakarta Selatan, Jumat petang pukul 16.00, dengan upacara militer yang dipimpin mantan Wapres Jenderal (Purn) Try Sutrisno dan komandan upacara Kolonel Tisna Komara (Asisten Intelijen Komando Cadangan Strategis TNI Angkatan Darat/Kostrad).

Ia menderita penyakit jantung selama tiga belastahun dan telah menjalani operasi by pass jantung tahun 1989 di Herz Und Diabetes Zentrum di Badoeyhausen, Jerman. Setelah operasi jantung tersebut, kesehatan almarhum cukup baik, bahkan tetap bisa berolahraga golf. Namun sejak September 2002, jantung mantan Pangdam V Jakarta Raya (1960-1966) ini kembali mengalami gangguan dan harus menjalani perawatan lagi di Jerman.

Sepulang dari perawatan di Jerman, ia terus menjalani home care karena daya pompa jantungnya telah sangat melemah dan adanya bendungan pada paru sehingga mengakibatkan sesak napas. Sejak 5 Maret 2003, ia dirawat di paviliun Kartika RSPAD, sejak 8 Maret 2003, mendapat perawatan di ruang ICU, hingga akhirnya wafat.

Keluarga

Umar wafat pada usia 79 tahun dan meninggalkan seorang istri, Ny Karlinah Djaja Atmadja, yang dinikahinya 2 Februari 1957, dan dua orang anak, Rina Ariani dan Nila Shanti, serta enam orang cucu.

Penghargaan

Bintang Dharma,
Bintang Gerilya
Bintang Kartika Eka Paksi I-II-III
Bintang Jalasena Klas I-II
Bintang Bhayangkara I-II
Satyalancana Kesetiaan 24 (XXIV) tahun Perang Kemerdekaan I-II
Satyalancana G.O.M I-II-V
Sapta Marga
Satyalancana Wira Dharma
Satyalancana Penegak
Satyalancana Dwija Sistha
Das Gross Vergenst Kreus Jerman,
Legion of Merit - Amerika Serikat
Orde van Oranye Nassau - Nederland (Belanda)
Panglima Setia Mahkota - Malaysia
Bintang Keamanan no 1 - Korea Selatan

Postingan Ini Dilindungi HAK Cipta, Dan menggunakan Anti Block Dan Copy dengan CSS3 (Belum bisa ditembus seperti Anti Copy Javascript) untuk menghindari Penjiplakan, Untuk Itu jika anda membutuhkan isi dari postingan ini untuk keperluan pembelajaran, anda dapat mengirimkan E-Mail ke djnand.dj@gmail.com

Biografi Soepardjo Rustam



Soepardjo Rustam (lahir di Sokaraja, Banyumas, Jawa Tengah, 12 Agustus 1926 – meninggal 11 April 1993 pada umur 66 tahun) adalah Menteri Dalam Negeri Indonesia periode 1983-1988. Posisi lainnya yang pernah dijabat antara lain adalah Duta Besar RI untuk Malaysia (1972-1974) dan Gubernur Jawa Tengah (1974-1982).

Pendidikan

HIS
MULO
SMP, Purwokerto
Pendidikan Perwira Peta Sekolah Infantri, Fort Benning, Amerika Serikat
Kursus Atase Militer, Jakarta
Seskoad, Bandung

Karier

Daidancho Peta, Banyumas (1944-1945)
Ajudan Panglima Besar Jenderal Sudirman (1946-1950)
Sekretaris Atase Militer RI di Negeri Belanda (1952)
Perwira Staf MBAD (1953-1955)
Komandan Sekolah Infanteri, Curup, Sumatera Selatan (1956- 1957)
Perwira Staf MBAD (1958)
Atase Militer RI di Kuala Lumpur (1959-1962)
Deputi Asisten VI Menteri Panglima Angkatan Darat (1963-1966)
Direktur Urusan Asia & Pasifik Departemen Luar Negeri (1967)
Duta Besar RI di Yugoslavia (1971)
Duta Besar RI di Malaysia (1972)
Gubernur Jawa Tengah (1974-1982)
Menteri Dalam Negeri

Kegiatan Lain

Pembina Korpri Pusat
Pelindung PB Gabungan Bridge Seluruh Indonesia (Gabsi)
Dewan Penyantun PB PBSI

Postingan Ini Dilindungi HAK Cipta, Dan menggunakan Anti Block Dan Copy dengan CSS3 (Belum bisa ditembus seperti Anti Copy Javascript) untuk menghindari Penjiplakan, Untuk Itu jika anda membutuhkan isi dari postingan ini untuk keperluan pembelajaran, anda dapat mengirimkan E-Mail ke djnand.dj@gmail.com

Biografi Poniman


Jenderal (Purn.) Poniman (lahir di Surakarta, Jawa Tengah, 18 Juli 1926 – meninggal di Jakarta, 30 April 2010 pada umur 83 tahun) adalah Menteri Pertahanan Republik Indonesia dari 19 Maret 1983 - 21 Maret 1988. Ia menjalani pendidikannya di HIS, MULO, Kambu Kyoiku Tai, SSKAD V, Bandung (1956) dan Seskoad, Bandung (1964). Ia menikah dengan Ida Djubaedah dan dikaruniai empat orang anak. Ia memperoleh 17 penghargaan berupa bintang dan tanda jasa.

Karier

Karier Poniman dimulai dari bergabung dengan PETA (1944) dan secara kronologis selanjutnya menjabat sebagai:

Kasi Pendidikan Yon Divisi Siliwangi (1945),
Danki Divisi Siliwangi (1946),
Danyon TT III Siliwangi (1950),
Dansektor TT III Siliwangi (1954),
Kasrem TT III Siliwangi (1957),
Danrem Purwakarta TT III Siliwangi (1959),
Danrem Priateng Kodam VI Siliwangi,
Danrem Suryakencana Kodam VI Siliwangi (1962),
Kasdam III 17 Agustus (1964),
Pangdam III 17 Agustus (1966),
Pangdam XV Pattimura (1968),
Pangdam V Jaya (1970),
Pangkostrad (1973),
Pangkowilhan I (1974),
Deputi Kasad (1977-1980),
Kasad (1980-1983)
Menhankam (1983-1988).

Postingan Ini Dilindungi HAK Cipta, Dan menggunakan Anti Block Dan Copy dengan CSS3 (Belum bisa ditembus seperti Anti Copy Javascript) untuk menghindari Penjiplakan, Untuk Itu jika anda membutuhkan isi dari postingan ini untuk keperluan pembelajaran, anda dapat mengirimkan E-Mail ke djnand.dj@gmail.com

Biografi Harmoko


Harmoko (lahir di Desa Patihanrowo, Kertosono, Nganjuk, Jawa Timur, 7 Februari 1939; umur 72 tahun) adalah politikus Indonesia yang pernah menjabat sebagai Menteri Penerangan Indonesia pada masa Orde Baru, dan Ketua MPR pada masa pemerintahan BJ Habibie. Dia pernah menjabat sebagai Ketua Persatuan Wartawan Indonesia, dan kemudian menjadi Menteri Penerangan di bawah pemerintahan Soeharto.

Riwayat Pekerjaan

Pada permulaan tahun 1960-an, setelah lulus dari Sekolah Menengah Atas, ia bekerja sebagai wartawan dan juga kartunis di Harian Merdeka dan Majalah Merdeka. Pada tahun 1964 ia bekerja juga sebagai wartawan di Harian Angkatan Bersenjata, dan kemudian Harian API pada 1965. Pada saat yang sama, ia menjabat pula sebagai pemimpin redaksi majalah berbahasa Jawa, Merdiko (1965). Pada tahun berikutnya (1966-1968), ia menjabat sebagai pemimpin dan penanggung jawab Harian Mimbar Kita. Pada tahun 1970, bersama beberapa temannya, ia menerbitkan harian Pos Kota.

Karier Politik

Sebagai menteri Penerangan, Harmoko mencetuskan gerakan Kelompencapir (Kelompok pendengar, pembaca dan pemirsa) yang dimaksudkan sebagai alat untuk menyebarkan informasi dari pemerintah. Harmoko pun dinilai berhasil memengaruhi hasil pemilihan umum (Pemilu) melalui apa yang disebut sebagai "Safari Ramadhan". Sebagai Ketua Umum DPP Golkar, Harmoko dikenal pula sebagai pencetus istilah "Temu Kader". Terakhir, ia menjabat sebagai Ketua DPR/MPR periode 1993-1998 yang mengangkat Soeharto selaku presiden untuk masa jabatannya yang ke-6. Namun dua bulan kemudian Harmoko pula yang memintanya turun ketika gerakan rakyat dan mahasiswa yang menuntut reformasi tampaknya tidak lagi dapat dikendalikan.

Postingan Ini Dilindungi HAK Cipta, Dan menggunakan Anti Block Dan Copy dengan CSS3 (Belum bisa ditembus seperti Anti Copy Javascript) untuk menghindari Penjiplakan, Untuk Itu jika anda membutuhkan isi dari postingan ini untuk keperluan pembelajaran, anda dapat mengirimkan E-Mail ke djnand.dj@gmail.com

Biografi Nugroho Notosusanto


Nugroho Notosusanto (lahir di Rembang, Jawa Tengah, 15 Juli 1930 – meninggal di Jakarta, 3 Juni 1985 pada umur 54 tahun) adalah Menteri Pendidikan dan Kebudayaan pada Kabinet Pembangunan IV (1983-1985). Sebelumnya juga ia pernah menjadi Rektor Universitas Indonesia (1982-1983). Ia berkarier di bidang militer dan pendidikan. Selain itu ia juga terkenal sebagai sastrawan, yang oleh H.B. Yassin digolongkan pada Sastrawan Angkatan 66.

Masa kecil

Ayah Nogroho bernama R.P. Notosusanto yang mempunyai kedudukan terhormat, yaitu seorang ahli hukum Islam, Fakultas Hukum, Universitas Gadjah Mada, dan seorang pendiri UGM. Kakak Nugroho pensiunan Patih Rembang dan kakak tertua ayah Nugroho adalah pensiunan Bupati Rembang. Pangkat patih, apalagi bupati sangat sulit dicapai rakyat pribumi pada waktu itu di daerah pesisiran Rembang. Nugroho adalah anak pertama dari tiga bersaudara.

Keluarga

Ketika Nugroho sedang giat-giatnya dalam gerakan mahasiswa, ia berkenalan dengan Irma Sawitri Ramelan (Lilik). Perkenalan itu kemudian diteruskan ke jenjang perkawinan pada tangal 12 Desember 1960, di Hotel Indonesia. Istri Nugroho adalah keponakan istri mantan Presiden RI Prof. Dr. B.J. Habibie. Dari perkawinan itu mereka dikaruniai tiga orang anak, yang pertama bernama Indrya Smita sudah tamat FIS UI, yang kedua Inggita Sukma, dan yang ketiga Norottama.

Pendidikan

Pendidikan yang pernah diperoleh Nugroho adalah Europeese Lagere School (ELS) tamat 1944, kemudian menyelesaikan SMP di Pati Tahun 1951 tamat SMA di Yogyakarta. Setamat SMA ia masuk Fakultas Sastra, Jurusan Sejarah, Universitas Indonesia, dan tamat tahun 1960. Tahun 1962 ia memperdalam pengetahuan di bidang Sejarah dan Filsafat di University of London. Ketika tamat SMA, sebagai seorang prajurit muda ia dihadapkan pada dua pilihan, yaitu meneruskan karier militer dengan mengikuti pendidikan perwira ataukah menuruti apa yang diamanatkan ayahnya untuk menempuh karier akademis. Ayahnya dengan tekun dan sabar mengamati jejaknya. Ternyata, setelah 28 tahun, keinginan ayahnya terkabul meskipun sang ayah tidak sempat menyaksikan putranya dikukuhkan sebagai guru besar FSUI karena ayahnya telah wafat pada tanggal 30 April 1979. Dengan usaha yang sebaik-baiknya, amanat ayahnya kini telah diwujudkan meskipun kecenderungan pada karier militernya tidak pula tersisih. Pada tahun 1977 ia memperoleh gelar doktor dalam ilmu sastra bidang sejarah dengan tesis "The Peta Army During the Japanese Occupation in Indonesia", yang kemudian diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia dengan judul Tentara Peta pada Zaman Pendudukan Jepang di Indonesia. diterbitkan oleh penerbit Gramedia pada tahun 1979. Nugroho mendapat pendidikan di kota-kota besar seperti Malang, Jakarta, dan Yogyakarta.

Pengalaman kemiliteran

Pengalaman Nugroho Notosusanto di bidang kemiliteran, pernah menjadi angota Tentara Pelajar (TP) Brigade 17 dan TKR Yogyakarta. Sejak Nugroho menjadi anggota redaksi harian Kami, ia semakin menjauh dari dunia sastra, akhirnya ia tinggalkan sama sekali. Ia kemudian beralih ke dunia sejarah dan tulisannya mengenai sejarah semakin banyak. Pada tahun 1967, Nugroho mendapatkan pangkat tituler berdasarkan SK Panglima AD No. Kep. 1994/12/67 berhubungan dengan tugas dan jabatannya pada AD. Pangkat terakhirnya adalah Brigadir Jenderal, pangkat tertinggi yang mungkin diraih dalam karier sipil di kemiliteran saat itu. Sejak tahun 1964, ia menjabat Kepala Pusat Sejarah ABRI. Ia juga menjadi anggota Badan Pertimbangan Perintis Kemerdekaan serta aktif dalam herbagai pertemuan ilmiah di dalam dan di luar negeri. Pada tahun 1981 namanya kembali disebut-sebut berkenaan dengan bukunya Proses Perumusan Pancasila Dasar Negara. Buku ini menimbulkan polemik di berbagai media massa. Bahkan banyak pula yang mengecam buku itu sebagai pamflet politik.

Karier menulis

Nugroho dikenal sebagai penulis produktif. Di samping sebagai sastrawan dan pengarang, ia juga aktif menulis buku-buku ilmiah dan makalah dalam berbagai bidang ilmu, dan terjemahannya yang diterbitkan berjumlah dua puluh satu judul. Buku-buku itu sebagian besar merupakan lintasan sejarah dan kisah perjuangan militer. Wawasan yang mendalam tentang sejarah perjuangan ABRI menyebabkan ia mampu mengedit film yang berjudul Pengkhianatan G 30 S/PKI.

Di bidang keredaksian dapat dicatat sejumlah pengalamannya, yaitu memimpin majalah Gelora, menjadi pemimpin redaksi Kompas, anggota dewan redaksi Mahasiswa bersama Emil Salim Tahun 1955-1958, menjadi ketua juri hadiah sastra, dan menjadi pengurus BMKN. Sewaktu di perguruan tinggi ia menjadi koresponden majalah Forum, dan menjadi redaksi majalah Pelajar.

Nugroho juga aktif dalam berbagai pertemuan ilmiah baik di dalam negeri maupun di luar negeri. Dalam tahun 1959-1976 tercatat empat kali pertemuan ilmiah internasional yang dihadirinya.

Karier di bidang pendidikan

Di bidang pendidikan, Nugroho banyak memegang peranan penting. Ia pernah menjadi Pembantu Dekan Bidang Kemahasiswaan FSUI, menjadi Pembantu Rektor Bidang Kemahasiswaan, UI. Tahun 1971-1985 Nugroho menjadi wakil Ketua Harian Badan Pembina Pahiawan Pusat. Ketika Nugroho dilantik menjadi Rektor UI, ia disambut dengan kecemasan dan caci maki para mahasiswa UI. Mahasiswa menganggap Nugroho adalah seorang militer dan merupakan orang pemerintah yang disusupkan ke dalam kampus untuk mematikan kebebasan kehidupan mahasiswa.

Pada tanggal 19 Maret 1983, Nugroho dilantik menjadi Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia dalam Kabinet Pembangunan IV. Ia dikenal sebagai orang yang kaya ide, karena semasa menjadi menteri, ia mencetuskan banyak gagasan, seperti konsep wawasan almamater, Pendidikan Sejarah Perjuangan Bangsa, Pendidikan Humaniora. Di samping itu, banyak jasa-jasanya dalam dunia pendidikan karena ia yang mengubah kurikulum menghapus jurusan di SMA, sistem seleksi penerimaan mahasiswa baru (Sipenmaru). Walaupun Nugroho hanya dua tahun menjabat Menteri Pendidikan dan Kebudayaan, banyak hal yang telah digarapnya, yaitu Universitas Terbuka (UT) sebagai perguruan tinggi negeri yang paling bungsu di Indonesia. Program Wajib Belajar, Orang Tua Asuh, dan pendidikan kejuruan di sekolah menengah. Nugroho adalah satu-satunya menteri yang mengeluarkan Surat Keputusan mengenai tata laksana upacara resmi dan tata busana perguruan tinggi. Akan tetapi, sebelum SK ini terlaksana Nugroho telah dipanggil Tuhan Yang Maha Esa.

Penghargaan

Puncak pengakuan atas sumbangan Nugroho terhadap bangsa Indonesia adalah diberikannya Bintang Dharma, Bintang Gerilya, Bintang Yudha Dharma Nararya, Satyalancana Penegak.

Karier sebagai sastrawan

Pengarang yang dimasukkan H.B. Jassin ke dalam golongan sastrawan Angkatan 66 termasuk juga sastrawan angkatan baru (periode 1950-an) menurut versi Ajip Rosidi di antaranya adalah Nugroho Notosusanto.

Di antara pengarang semasanya, Nugroho dikenal sebagai penulis esai. Sebagian besar pengarang waktu itu hanya menulis cerpen dan sajak, tetapi Nugroho banyak menulis esai. Nugroho menyelami zamannya, terutama tentang sastra dan kebudayaan. Tulisan-tulisan yang berisi pembelaan para sastrawan muda, yaitu ketika terdengar suara-suara tentang krisis kesusastraan, menyebabkan Nugroho Notosusanto tertarik dalam dunia sastra Indonesia. Nugroholah yang memprakarsai simposium sastra FSUI pada tahun 1953; yang kemudian dijadikan tradisi tahunan sampai tahun 1958.

Bakat Nugroho dalam mengarang sudah terlihat ketika masih kecil. Ia mempunyai kesenangan mengarang cerita bersama Budi Darma. Cerita Nugroho selalu bernapas perjuangan. Pada waktu itu Republik Indonesia memang sedang diduduki oleh Belanda. Dari cerita-cerita yang dihasilkan Nugroho waktu itu, tampak benar semangat nasionalismenya. Menurut ayahnya, Nugroho mempunyai jiwa nasionalisme yang besar.

Sebagai sastrawan, pada mulanya Nugroho menghasilkan sajak dan sebagian besar pernah dimuat di harian Kompas. Oleh karena tidak pernah mendapat kepuasan dalam menulis sajak, Nugroho kemudian mengkhususkan diri sebagai pengarang prosa, terutama cerpen dan esai. Karyanya pernah dimuat di berbagai majalah dan surat kabar seperti Gelora, Kompas, Mahasiwa, Indonesia, Cerita, Siasat, Nasional, Budaya, dan Kisah. Di samping itu, Nugroho juga menghasilkan karya terjemahan. Hasil terjemahan Nugroho, yaitu Kisah Perang Salib di Eropa (1968) dari Dwight D. Eisenhower, Crusade in Europe, Understanding Histotry: A Primer of Historical Method. Terjemahan tentang bahasa dan sejarah, yaitu Kisah daripada Bahasa, 1971 (Mario Pei, The Story of Language), dan Mengerti Sejarah. Karena Nugroho cukup lama dalam kemiliteran, ia dapat membeberkan peristiwa-peristiwa militer, perang serta suka-dukanya hidup, seperti dalam cerpennya yang berjudul Jembatan, Piyama, Doa Selamat Tinggal, Latah, dan Karanggeneng. Dalam cerpen ini bahasa yang digunakan padat dan sering ada kata-kata kasar. Nugroho juga dapat bercerita dengan bahasa yang halus, seperti yang terdapat pada cerpen yang berjudul Nini. Cerpen yang berjudul Nini ini bertema seorang anak yang cacat dan ditinggal meninggal oleh ibunya, tetapi masih mengingat-ingat kebaikan ibunya. Cerpen ini bahasanya sederhana dan isinya mudah dimengerti pembaca. Isi cerpen ini tentang seorang ayah mencintai anaknya yang cacat dan yang mirip dengan almarhumah istrinya.

Lingkungan pendidikan kata-kata kasar agaknya memberi pengaruh pada sikap dan pandangan hidupnya, seperti sikap terhadap dunia nenek moyang yang magis religius, seperti kita lihat dalam cerpennya yang berjudul Mbah Danu, yaitu mengisahkan dukun “Mbah Danu” yang terjadi di kota kelahiran pengarang. Dukun besar yang diakui keampuhannya di seluruh daerah dalam menyembuhkan orang sakit dengan mengusir roh-roh, setan-setan, dan jin-jin yang biasanya menghuni orang yang sedang sakit. Adanya kepercayaan mistik ini kemudian menimbulkan pertentangan di kalangan ilmuwan yang berpendidikan modern yang tak mau tahu tentang ilmu gaib. Begitu juga seorang dokter yang melakukan tugasnya dengan perhitungan ilmiah.

Sebagai pengarang dan sebagai tentara Nugroho dapat bercerita tentang suasana pertempuran, baik tentang tempat, maupun peralatan peperangan. Pengarang mau berkata sejujurnya bahwa manusia itu tidak bebas dari kesalahan, baik dia tentara, pelajar, maupun pemimpin, seperti yang dilukiskannya dalam cerpen Pembalasan Dendam.

Kumpulan cerpen Hujan Kepagian berisi enam cerita pendek yang semuanya menceritakan masa perjuangan menghadapi agresi Belanda. Buku ini cukup memberi gambaran tentang berbagai segi pengalainan manusia yang mengandung ketegangan, penderitaan, pendambaan, dan sesalan yang sering terjadi dalam peperangan. Dari sini tampak bahwa Nugroho mempunyai bakat observasi yang tajam.

Bukunya yang berjudul Tiga Kota berisi sembilan cerita pendek yang ditulis antara tahun 1953-1954, judul Tiga Kota diambil karena latar cerita terjadi di tiga kota, yaitu Rembang, Yogyakarta, dan Jakarta, kota yang paling banyak memberinya inspirasi untuk lahirnya cerita. Rembang melatari cerita kenangan Mbah Danu, Penganten, dan Tayuban. Yogyakarta dan Jakarta melatari cerita Jeep 04-1001 Hilang dan Vickers Jepang. Oleh karena itu, kumpulan cerpen tersebut diberi judul Tiga Kota. Cerpen-cerpen yang terkandung dalam Tiga Kota ini pada umumnya sangat menarik, tidak hanya karena penuturan cerita yang lancar dan dipaparkan dengan gaya akuan, tetapi juga karena penulis sendiri mengalami peristiwa yang dituturkannya. Dengan demikian, cerpen-cerpen itu kelihatan hidup. Kumpulan cerpen Tiga Kota, ini sedikitnya merekam kehidupan pribadi penulis.

Dalam seminar kesusastraan yang diselenggarakan oleh FSUI tahun 1963, Nugroho membawakan makalahnya yang berjudul Soal Periodesasi dalam Sastra Indonesia. Ia mengemukakan bahwa sesudah tahun 1950 ada periode kesusastraan baru yang tidak bisa lagi dimasukkan ke dalam periodisasi sebelumnya. Menurut Nugroho, pengarang yang aktif mulai menulis pada periode 1950-an adalah mereka yang mempunyai tradisi Indonesia sebagai titik tolaknya, dan juga mempunyai pandangan yang luas ke seluruh dunia.

Karier sebagai sejarahwan dan kontroversinya

Sebagai seorang sejarahwan, Nugroho dimanfaatkan oleh ABRI maupun Orde Baru untuk menulis sejarah menurut versi pihak-pihak tersebut. Pada 1964 ABRI menggunakan Nugroho untuk menyusun sejarah militer menurut versi militer karena khawatir bahwa sejarah yang akan disusun oleh pihak Front Nasional yang dikenal sebagai kelompok kiri pada masa itu akan menulis Peristiwa Madiun secara berbeda, sementara militer lebih suka melukiskannya sebagai suatu pemberontakan pihak komunis melawan pemerintah.

Ketika diangkat sebagai menteri pendidikan pada 1984, Nugroho menggunakan kesempatan itu untuk menulis ulang kurikulum sejarah untuk lebih menekankan peranan historis militer. Pada tahun ini pula Nugroho ikut menulis skenario untuk film Pengkhianatan G 30 S/PKI yang memuat versi resmi Orde Baru tentang tragedi tersebut. Film ini kemudian dijadikan tontonan wajib untuk murid-murid sekolah di seluruh Indonesia, dan belakangan diputar sebagai acara rutin setiap tahun di TVRI pada malam tanggal 30 September hingga tahun 1997.

Peranan Nugroho dalam penulisan sejarah versi Orde Baru paling menonjol ketika ia mengajukan versinya sendiri mengenai pencetus Pancasila. Menurut Nugroho, Pancasila dicetuskan oleh Mr. Muhammad Yamin, bukan oleh Soekarno. Soekarno hanyalah penerus. Akibatnya, tanggal 1 Juni tidak lagi diperingati sebagai hari lahir Pancasila oleh pemerintah Orde Baru.

Kematian

Nugroho meninggal dunia hari Senin, 3 Juni 1985 pukul 12.30, di rumah kediamannya karena serangan pendarahan otak akibat tekanan darah tinggi. Ia adalah menteri keempat di Departemen Pendidikan dan Kebudayaan pada masa Orde Baru yang meninggal dunia dalam masa tugasnya. Ia meninggal dunia tepat pada bulan yang mulia bagi umat Islam, yaitu pada bulan Ramadan dan di kebumikan di Taman Makam Pahlawan Kalibata, Jakarta.

Bibliografi

Cerpen yang dibukukan

Hidjau Tanahku, Hidjau Badjuku. 1963. Jakarta: Balai Pustaka
Hudjan Kepagian. 1958. Jakarta: Balai Pustaka
Rasa Sayange. 1961. Jakarta: Pembangunan
Tiga Kota. 1959. Jakarta: Balai Pustaka

Cerpen dalam majalah

Prosa

Pondok di Atas Bukit. Kompas untuk generasi baru, 11.1, (51), 15—17.
Teratak. Kompas untuk generasi baru, 13.1, (51), 33-34. (Nugroho NS)
Sebuah Pertemuan. Kompas untuk generasi baru, 2.2, (52), 33-35.
Eksekusi. Madjalah Nasional, 44.4, (53), 20-21.
Gunung Kidul. Madjalah Nasional, 30.4, (53), 20-2 1.
Jeep 04-1001 Hilang. Kisah, 1.1, (53), 7, 9-10.
Konyol. Madjalah Nasional, 33.4, (53), 20-22.
Pembalasan Dendam. Madjalah Nasional, 37.4, (53), 20-22.
Ideal Type. Kisah, 1.2, (54), 19-22
Mbah Danu. Kisah, 9.2, (54), 271-172.
Nokturne. Kisah, 12.2, (54), .365-368.
Piyama. Kisah, 6.2, (54), 177-178.
Puisi. Kisah, 7.2, (54), 210-211.
Raden Satiman. Kisah, 3.2, (54), 79-81.
Vickers Jepang. Kisah, 5.2, (54), 129-131.
Jembatan. Kisah, 8.3, (55), 16-22.
Partus. Mimbar Indonesia, 25.9, (55), 20-2 1, 24-25.
Senyum. Madjalah Nasional, 6,7.6, (55), 25-26,22-23,26.
Setan Lewat. Mimbar Indonesia, 6.9, (55), 20-21.
Panser. Siasat, 524.11, (57), 29-31, 34.
Tangga Kapal. Forum, 4-5.4 (57), 24,32.
Kepindahan. Siasat, 598.12, (58), 31-32.
Piano. Siasat, 574.12, (58), 24-27.
Ular. Siasat, 595.12, (58), 26-29.
Karanggenang. Siasat, 619.13, (59), 28-30.
Latah. Siasat, 626.13, (59), 23-24.
Sungai. Budaya, 8.8, (59), 276-279,
Bayi. Femina, 16, (73), 42-44.
Alun. Kompas untuk generasi baru, 1.2, (52), 67.
Jerit di Malam Kelam. Madjalah Nasional, 18.3, (52), 17.
Pesan di Malam yang Penub Bintang. Madjalah Nasional, 17.3, (52), 19.
Rancangan Requiem. Kompas untuk generasi baru, 1.2, (52), 67.
Sebuah Pagi. Madjalah Nasional, 49.3, (52), 21.
Sepotong Kenangan. Madjalah Nasional, 46.3, (52), 19.
Sesal. Kompas untuk generasi baru, 2.2, (52), 36.
Tiwikraina. Madjalah Nasional, 47.3, (52), 19.
Adios Yogya. Madjalah Nasional. 10.4, (53), 19.
Amerta. Madjalah Nasional, 16.4. (53), 19.
Bali. Budaya, 9, (53), 39.
Longka Pura. Madjalah Nasional, 16.4, (53), 19.
Sebuah Malam Minggu. Madjalah Nasional, 14.4, (53), 19.

Postingan Ini Dilindungi HAK Cipta, Dan menggunakan Anti Block Dan Copy dengan CSS3 (Belum bisa ditembus seperti Anti Copy Javascript) untuk menghindari Penjiplakan, Untuk Itu jika anda membutuhkan isi dari postingan ini untuk keperluan pembelajaran, anda dapat mengirimkan E-Mail ke djnand.dj@gmail.com

Biografi Martono

Martono (lahir di Karanganyar, Kebumen, Jawa Tengah, 17 Mei 1925; umur 86 tahun) adalah Menteri Transmigrasi pada Kabinet Pembangunan IV pada pemerintahan Presiden Soeharto. Ia pernah menjabat sebagai anggota DPR pada tahun 1968 hingga tahun 1978.

Postingan Ini Dilindungi HAK Cipta, Dan menggunakan Anti Block Dan Copy dengan CSS3 (Belum bisa ditembus seperti Anti Copy Javascript) untuk menghindari Penjiplakan, Untuk Itu jika anda membutuhkan isi dari postingan ini untuk keperluan pembelajaran, anda dapat mengirimkan E-Mail ke djnand.dj@gmail.com

Biografi Munawir Sjadzali


Prof. Dr. H. Munawir Sjadzali (lahir di Klaten, Jawa Tengah, 7 November 1925 – meninggal di Jakarta, 23 Juli 2004 pada umur 78 tahun) adalah Menteri Agama Republik Indonesia pada Kabinet Pembangunan. Dia juga merupakan Ketua Komisi HAM pertama di Indonesia.

Postingan Ini Dilindungi HAK Cipta, Dan menggunakan Anti Block Dan Copy dengan CSS3 (Belum bisa ditembus seperti Anti Copy Javascript) untuk menghindari Penjiplakan, Untuk Itu jika anda membutuhkan isi dari postingan ini untuk keperluan pembelajaran, anda dapat mengirimkan E-Mail ke djnand.dj@gmail.com

Biografi Lasiyah Soetanto

Lasiyah Soetanto (lahir di Bantul, Yogyakarta, 13 Agustus 1924 - Oktober 1987) adalah Menteri Negara Pemberdayaan Perempuan pada tahun 1983 hingga tahun 1987 dalam Kabinet Pembangunan IV.

Karier

Pada awal kariernya ia aktif bekerja sebagai guru Christelijke Schakelschool di Wonogiri, 1941. Kemudian menjadi guru Neutraal School, SMP Puro Pakualaman, SGA Stella Duce, dan SMA Bopkri di kota yang sama Yogyakarta.

Selain itu lulusan Fakultas Hukum Universitas Gadjah Mada ini sebelum menjabat menteri sempat duduk sebagai anggota MPR/DPR-RI, dari unsur Golkar. Kala itu, Lasiyah menjabat Ketua Umum Dewan Pimpinan Pusat Kongres Wanita Indonesia (DPP Kowani).

Ia meninggal ketika masih menjabat sebagai Menteri Negara Peranan Wanita dan digantikan Sulasikin Murpratomo.

Postingan Ini Dilindungi HAK Cipta, Dan menggunakan Anti Block Dan Copy dengan CSS3 (Belum bisa ditembus seperti Anti Copy Javascript) untuk menghindari Penjiplakan, Untuk Itu jika anda membutuhkan isi dari postingan ini untuk keperluan pembelajaran, anda dapat mengirimkan E-Mail ke djnand.dj@gmail.com

Biografi Moerdiono


Moerdiono (lahir di Banyuwangi, Jawa Timur, 19 Agustus 1934 – meninggal di Singapura, 7 Oktober 2011 pada umur 77 tahun) adalah mantan Menteri Sekretaris Negara Indonesia, menjabat selama dua periode: Kabinet Pembangunan V (21 Maret 1988-17 Maret 1993) dan Kabinet Pembangunan VI (17 Maret 1993-16 Maret 1998). Sejak awal ia meniti kariernya di sekretaris negara. Ia dikenal dekat dengan Soedharmono. Ia meninggal di RS Gleneagles, Singapura pada 7 Oktober 2011.

Postingan Ini Dilindungi HAK Cipta, Dan menggunakan Anti Block Dan Copy dengan CSS3 (Belum bisa ditembus seperti Anti Copy Javascript) untuk menghindari Penjiplakan, Untuk Itu jika anda membutuhkan isi dari postingan ini untuk keperluan pembelajaran, anda dapat mengirimkan E-Mail ke djnand.dj@gmail.com

Biografi Achmad Tahir


Letjend (Purn) TNI Achmad Tahir (lahir di Kisaran, Sumatera Utara, 27 Juni 1924 – meninggal di Jakarta, 17 Agustus 2002 pada umur 78 tahun) adalah mantan Panglima Divisi IV/TKR dan Menteri Pariwisata Pos dan Telekomunikasi dalam Kabinet Pembangunan IV. Menikah dengan Rooslila, dikaruniai 6 anak; Gelora Surya Dharma, Hari Indra Utama, Yulia Saprita, Linda Agum Gumelar, Adi Putra Darmawan Tahir, dan Chaerul Permata Cita. Ia adalah Sesepuh Puak Melayu Sumatera Utara, yang telah diberi gelar Tengku Pangeran oleh Majelis Adat Budaya Melayu (MABMI) di Kesultanan Deli.

Postingan Ini Dilindungi HAK Cipta, Dan menggunakan Anti Block Dan Copy dengan CSS3 (Belum bisa ditembus seperti Anti Copy Javascript) untuk menghindari Penjiplakan, Untuk Itu jika anda membutuhkan isi dari postingan ini untuk keperluan pembelajaran, anda dapat mengirimkan E-Mail ke djnand.dj@gmail.com

Biografi Hartarto Sastrosoenarto


Ir. Hartarto Sastrosoenarto (lahir di Solo, Jawa Tengah, 30 Mei 1932; umur 79 tahun) adalah Menteri Perindustrian pada Kabinet Pembangunan IV (1983-1988) dan Kabinet Pembangunan V (1988-1993) dan Menteri Koordinator bidang Produksi dan Distribusi (Menko Prodis) pada Kabinet Pembangunan VI (1993-1998) dan Menteri Koordinator Pengawasan Pembangunan dan Pendayagunaan Aparatur Negara (Menko Wasbangpan) pada Kabinet Pembangunan VII (1998-1999).

Postingan Ini Dilindungi HAK Cipta, Dan menggunakan Anti Block Dan Copy dengan CSS3 (Belum bisa ditembus seperti Anti Copy Javascript) untuk menghindari Penjiplakan, Untuk Itu jika anda membutuhkan isi dari postingan ini untuk keperluan pembelajaran, anda dapat mengirimkan E-Mail ke djnand.dj@gmail.com

Biografi Fuad Hassan


Prof. Dr. Fuad Hassan (lahir di Semarang, Jawa Tengah, 26 Juni 1929 – meninggal di Jakarta, 7 Desember 2007 pada umur 78 tahun) adalah tokoh pendidikan Indonesia. Jabatan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Indonesia pernah dipegangnya pada masa pemerintahan Presiden Soeharto (1985 - 1993). Setelah berhenti sebagai Mendikbud, beliau diangkat menjadi anggota DPA. Sebelumnya, ia pernah menjabat sebagai duta besar RI untuk Mesir dan anggota MPR.

Fuad Hassan adalah guru besar di bidang psikologi (psikologi pendidikan) pada Universitas Indonesia. Selain sebagai guru besar di bidang psikologi, Fuad Hasan pernah menjadi dekan di Fakultas Psikologi Universitas Indonesia. Pada masa mudanya ia aktif dalam kegiatan kepanduan. Bidang seni juga ditekuninya. Ia dikenal mampu bermain biola dan berkuda dengan baik dan juga terampil melukis.

Orang mengenalnya sebagai seorang perokok berat. Walaupun berhenti merokok pada tahun 2002, Fuad Hassan wafat pada usia 78 tahun akibat menderita komplikasi penyakit gula, jantung dan paru-paru yang diderita sejak Oktober 2006.

Salah satu karya tulisnya yang menarik adalah buku berjudul "Berkenalan Dengan Eksistensialisme" , diterbitkan oleh PT. Dunia Pustaka Jaya, yang istimewa adalah bahwa sampai tahun 2005 buku ini telah menunjukkan cetakan ke-9. Cetakan ke -1 tahun 1973, ke-2 tahun 1976, ke-3 tahun 1985, ke-4 tahun 1989, ke-5 tahun 1992, ke-6 tahun 1994, ke-7 tahun 1997, ke-8 tahun 2000, dan ke-9 tahun 2005. Buku setebal 144 halaman ini merangkum dan menjelaskan buah pikir para filsuf dunia termasuk : Kierkegaard, Nietzsche, Berdyaev, Jaspers, dan Satre.

Postingan Ini Dilindungi HAK Cipta, Dan menggunakan Anti Block Dan Copy dengan CSS3 (Belum bisa ditembus seperti Anti Copy Javascript) untuk menghindari Penjiplakan, Untuk Itu jika anda membutuhkan isi dari postingan ini untuk keperluan pembelajaran, anda dapat mengirimkan E-Mail ke djnand.dj@gmail.com

Biografi Suwardjono Surjaningrat


Suwardjono Surjaningrat (lahir di Purwodadi, Jawa Tengah, 3 Mei 1923; umur 88 tahun) adalah Menteri Kesehatan Indonesia pada tahun 1978 hingga tahun 1988 pada Kabinet Pembangunan III dan Kabinet Pembangunan IV.

Postingan Ini Dilindungi HAK Cipta, Dan menggunakan Anti Block Dan Copy dengan CSS3 (Belum bisa ditembus seperti Anti Copy Javascript) untuk menghindari Penjiplakan, Untuk Itu jika anda membutuhkan isi dari postingan ini untuk keperluan pembelajaran, anda dapat mengirimkan E-Mail ke djnand.dj@gmail.com

Biografi Nani Soedarsono


Nani Soedarsono (lahir di Purwodadi, Grobogan, Jawa Tengah, 28 Maret 1928; umur 83 tahun) adalah Menteri Sosial pada Kabinet Pembangunan IV pada masa pemerintahan Presiden Soeharto. Selain itu, alumni Fakultas Hukum Universitas Gadjah Mada ini juga aktif di organisasi sosial dan politik.

Postingan Ini Dilindungi HAK Cipta, Dan menggunakan Anti Block Dan Copy dengan CSS3 (Belum bisa ditembus seperti Anti Copy Javascript) untuk menghindari Penjiplakan, Untuk Itu jika anda membutuhkan isi dari postingan ini untuk keperluan pembelajaran, anda dapat mengirimkan E-Mail ke djnand.dj@gmail.com